Perkenalkan saya
Erika, saya disini akan menjelaskan tentang Aspek politik dilingkungan
masyarakat. Terlebih dahulu kita harus memahami apa sih yang maksud aspek
politik? Pertama arti kata aspek secara singkat yaitu sudut pandang dan yang
dimaksud aspek politik dikehidupan masyarakat yaitu sudut pandang politik
dimata masyarakat. Diindonesia sendiri kalian
bisa melihat atau membedakan masyarakat dari segi tempat tinggal. Seperti
adanya masyarakat kota diperkotaan dan masyarakat desa dipedesaan tertentu.
Kehidupan politik Masyarakat kota lebih kritis dan lebih berani mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap kebijaksanaan kekuasaan dan kesadaran politik anggota masyarakatnya pun semakin tinggi tidak seperti masyarakat desa.
padahal sudah ditetapkan pada pasal Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
disitu sudah dijelaskan tidak ada kesenjangan social, baik masyarakat desa maupun kota harus ikut berpartisipasi dalam politik.
Kehidupan politik Masyarakat kota lebih kritis dan lebih berani mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap kebijaksanaan kekuasaan dan kesadaran politik anggota masyarakatnya pun semakin tinggi tidak seperti masyarakat desa.
padahal sudah ditetapkan pada pasal Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
disitu sudah dijelaskan tidak ada kesenjangan social, baik masyarakat desa maupun kota harus ikut berpartisipasi dalam politik.
Kita bahas masyarakat desa terlebih
dahulu. Seperti yang sudah dijelaskan
bahwa tidak ada kesenjangan social dalam politik baik desa maupun kota sama saja namun, Partisipasi masyarakat
desa masih tergolong rendah karena masyarakat masih belum sadar tentang apa
yang terjadi dan dampak politik bagi kehidupan mereka.
Dikarenakan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Pada umumnya
semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula seorang individu untuk berpartisipasi
dalam politik.
Sedangkan yang banyak dihadapi oleh Negara
kita yaitu tingkat buta huruf yang tinggi. Contohnya apabila si pemilih lulusan
SD dia tidak menimbang-nimbang calon pemimpinnnya, beda dengan masyarakat yang
sekolah tinggi, mereka pasti akan menimbang2 terlebih dahulu calom pemimpin
mereka yang akan dipilih. Dari kebodohan mereka itu
lah tidak sedikit partai politik memanfaatkan nya dengan membagi-bagi kan uang
dan meminta masyarakat desa memilihnya bisa disebut juga dengan politik uang. dan salah satu contoh nyata politik uang yaitu terjadi di Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Menjelang Pemilu
2014 ini, banyak kader partai yang hendak mencalonkan diri pada Pemilu
mendekati masyarakat setempat dengan berbagai tawaran yang cukup menarik. Ada
yang menawarkan diri dengan membiayai pembangunan infrastruktur kampung seperti
irigasi, ada pula yang menawarkan sejumlah uang atau barang-barang sesuai
permintaan masyarakat setempat. Tentu saja tawaran para politisi tersebut harus
dibayar dengan hak pilih masyarakat untuk mereka. Selain itu masyarakat yang notabene memiliki pengetahuan
rendah tentang politik cenderung tidak kritis menanggapi persoalan ini. Mereka
cenderung fokus pada uang yang berjumlah tidak seberapa daripada fokus pada
perbaikan kondisi pemerintahan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, aksi
politik uang menjelang pemilu di kampung tersebut seakan menjadi hal yang lazim
dan wajar dilakukan.
Banyak masyarakat desa yang tertekan akan politik yang ditetapkan pemerintah namun mereka tidak bisa brontak, diindonesia sendiri yang bisa menguasai hanya orang-orang yang mempunyai duit banyak.
Banyak masyarakat desa yang tertekan akan politik yang ditetapkan pemerintah namun mereka tidak bisa brontak, diindonesia sendiri yang bisa menguasai hanya orang-orang yang mempunyai duit banyak.
Dalam masyarakat
kota mungkin sebagian besar tidak ada penghalang dalam berpolitik, mereka lebih
bisa menolak kebijakan pemerintah dengan mengupdate di social media atau
berkomentar langsung. Namun mereka bisa saja bosan dengan pemerintahan Indonesia
yang tak kunjung berubah dengan bergantinya waktu. Dan akhirnya mereka memilih
golput dan apatis terhadap politik diindonesia. Padahal dengan golput tidak
dapat membangun pemerintahan yang baik. Dengan golput juga aspirasi masyarakat
terhambat. Sebagian masyarakat kota yang memiliki uang banyak akan berfikir “mau
rt nya siapa, rw nya siapa dan kepala daerahnya siapa gak ngerubah hidup gue.
gue makan juga dari hasil sendiri. Dengan terpilihnya mereka toh hidup gue
biasa aja” beda denga masyarakat desa yang memiliki uang pas-pasan pasti
merasakan dampak kebijakan pemerintah yang seenaknya mereka jalankan tanpa
memperdulikan nasib rakyat kecil. Dengan kebijakan tersebut mereka bisa saja
acuh terhapad politik.
Intinya Hal
tersebut tentu saja tidak sesuai dengan demokrasi yang kita harapkan. Dan kita bisa melihat bahwa pendidikan politik di
Indonesia saat ini belum menyentuh pada seluruh lapisan masyarakat. Kurangnya
kesadaran ini mengakibatkan masyarakat menjadi acuh terhadap kualitas politik
di masa yang akan datang. Selain itu, sikap masyarakat yang membenarkan politik
uang demi perbaikan fasilitas merupakan bukti dari keputusasaan mereka. Seakan
masyarakat merasa bahwa tidak ada cara lain untuk meningkatkan fasilitas
setempat kecuali dengan memanfaatkan momentum pemilu ini. Untuk itu kewajiban
parpol atau anggota politik memberikan pelajaran politik bagi masyarakat. Untuk
dunia perpolitikan yang lebih baik diindonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar